Thursday 30 December 2010

MEMBANGUN PERADABAN ISLAM MELALUI PENGUASAAN ILMU PENGETAHUAN


Seharusnya carut marutnya Negara Indonesia belakangan ini juga disadari sebagai carut marutnya peradaban Islam secara umum. Tidak banyak memang yang menyadari korelasi ini, meski sepenuhnya mereka sadar bahwa bangsa ini salah satu penyumbang populasi terbesar umat Islam di dunia. Keprihatinan yang harus dibangun tidak sepatutnya lagi sebatas pada sekat nasionalisme semata, namun sudah harus menyentuh nilai-nilai transendental di bawahnya. Problem yang dihadapi umat Islam tidak hanya berupa serangan budaya asing dengan berbagai bawaan negatifnya, tapi juga problem internal dalam tubuh umat Islam sendiri. Mau diakui atau tidak, peradaban keilmuan umat Islam saat ini jauh tertinggal dari peradaban non-Islam atau sebut saja “Barat”. Kalau penulis mengakui keunggulan “Barat”, bukan berarti penulis adalah pemuja “Barat”. Bahwa banyak nilai-nilai negatif yang dihadirkan “Barat” dan bertentangan dengan Islam itu sudah pasti, tapi bahwa peradaban keilmuan “Barat” lebih maju dibanding dunia-dunia Islam itu juga cukup sulit disangkal.

Budaya membaca -sebagai salah satu elemen pembangunan peradaban ilmu- misalnya dapat dikedepankan sebagai contoh. Budaya membaca bangsa Indonesia masih berada jauh di bawah “Barat”. Ada sebuah penelitian tentang penjualan barang-barang secara online di internet berdasarkan kategori tertentu. Hasil penelitian ini untuk wilayah Indonesia cukup mengejutkan. Buku menduduki juru kunci barang yang dijual di internet. Yang tertinggi masih diduduki barang-barang konsumtif, seperti alat-alat elektronik dan kendaraan. Bandingkan dengan Amerika -dan juga beberapa negara Barat maju lainnya- yang meletakkan buku di papan atas barang-barang yang dijual secara online. Demikian juga perbandingan kualitas dan kondisi perpustakaan yang memiliki perbedaan cukup signifikan.

Reduksi Makna Ilmu

Pemaknaan ilmu yang mengalami reduksi dalam pemahaman muslimin adalah salah satu faktor penghambat pembangunan peradaban ilmu. Kata ”ilmu agama” acap kali -kendati tidak oleh semua muslimin- masih diidentikkan dengan ilmu-ilmu seperti fiqh¸ tafsir, dan sebagainya. Atau maksimal hanya di-qiyas-kan dengan ilmu-ilmu sosial saja. Sedangkan bidang kajian eksakta masih sangat kuat label duniawi-nya ketimbang ukhrowi-nya. Akibatnya sangat jelas, dikotomi ilmu pengetahuan semacam ini berakibat buruk terhadap perkembangan science Islam, dan tentu saja berbanding lurus terhadap melemahnya peradaban Islam itu sendiri.

Tentu saja bukan salah teks atau pembuat teks kalau disebutkan, ”Barang siapa yang menginginkan dunia, maka lakukanlah dengan ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat, maka lakukanlah dengan ilmu. Barang siapa menginginkan keduanya, maka lakukanlah dengan ilmu”. Adalah tafsiran kontraproduktif yang pada akhirnya mendasarkan adanya dikotomi ilmu dunia dan akhirat dengan teks ini. Yang benar adalah, kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa peradaban ilmu menjadi syarat mutlak yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan dunia akhirat (hasanah fid dunya wal akhirat) sebagaimana doa yang kerap dipanjatkan kaum muslimin selama ini.

Imam al-Ghazali dengan karyanya Ihya’ Ulumid Din juga tidak jarang disalahtafsirkan dengan seolah hanya membawa pesan-pesan metafisika sebagai bagian dari ilmu-ilmu agama (ulumud din). Sementara pesan-pesan fisika seolah tidak termasuk dalam bagian keilmuwan agama yang menjadi misi al-Ghazali. Salah kaprah semacam ini bila sampai menjadi mapan di bawah alam sadar kaum muslimin bisa memberikan dampak yang sangat negatif terhadap perkembangan Islam ke depan. Sayangnya, itu benar-benar telah terjadi saat ini.

Demikian pula penyalahartian kitab Ta’limul Muta’allim yang luar biasa besar memberikan perhatian terhadap peradaban ilmu. Baik pengguna atau pengkritik kitab tersebut tidak semua memahami misi penting yang -menurut penulis- ditawarkan kitab tersebut. Ilmu yang seolah didudukkan sebagai ”Tuhan” sehingga penyampai ilmu pun harus dihormati dan dibesarkan layaknya ”Nabi” dalam kitab ini mendapat kritik keras dari banyak orang. Padahal menurut penulis, ini bukan persoalan ajaran feodalisme ala Hindu atau pesantren salaf. Kalau sahabat ‘Ali -sebagaimana dikutip kitab tersebut- sampai berkata, ”Aku adalah hamba bagi guru yang telah mengajariku satu huruf” jangan diartikan ia menuhankan seorang guru. Tapi sahabat ‘Ali ingin menunjukkan bahwa keberadan manusia tanpa Tuhan hampir serupa dengan kondisi manusia yang hidup tanpa ilmu. Ilustrasi di atas hanya sekedar ingin menunjukkan bahwa ada problem penafsiran yang juga butuh diperbaiki dalam internal umat Islam.

Jihad Bil ‘Ilmi

Al-Ghazali adalah tokoh Islam yang sangat concern terhadap pentingnya pembangunan peradaban ilmu. Itulah mengapa Kitab Ihya’ Ulumid Din diawali pembahasannya dengan bab tentang ilmu (kitabul ilmi). Pada saat perang salib berlangsung, al-Ghazali justru banyak menekankan jihad bil-ilmi. Bukan karena al-Ghazali tidak memahami arti jihad atau tidak peduli dengan perang salib, tapi ada bangunan pondasi yang harus lebih dulu diletakkan sebelum sebuah peradaban dapat tegak berdiri, yaitu pondasi ilmu. Hasilnya bisa dilihat, dari guru semacam al-Ghazali lahirlah generasi hebat Salahuddin al-Ayyubi yang kemudian mampu merebut kembali Jerussalem.

Benar bahwa umat Islam tidak perlu rendah diri terhadap “Barat”. Sikap inferior itu harus dibuang jauh-jauh dari benak umat Islam. Populasi Islam, termasuk di Indonesia harus berani menantang “Barat” untuk berkompetisi. Kita dudukkan mereka sebagai ”kompetitor”. Kalau muslimin ditanya sudah siapkah berkompetisi? Jawabannya pasti siap. Tapi, kalau pertanyaannya sudah seimbangkah kompetisi ini nantinya akan berlangsung? Tentu muslimin harus pandai-pandai menganalisis berbagai kekurangan internal dan kelebihan kompetitornya.

Salah satu kekurangan yang sangat terlihat tentu saja adalah minimnya ghirah ‘ilmiyyah di kalangan Muslimin. Jihad bil ‘ilmy adalah pilihan mutlak yang harus diambil untuk menambal lubang kekurangan itu. Islam layak berkuasa di dunia hanya bila infrastruktur sebagai penguasa dunia telah mampu dibangun Islam. Bagaimana mungkin Islam mampu menjadi kekuatan dunia dengan tingkat pendidikan masyarakat muslim masih di bawah rata-rata? Bagaimana bisa menciptakan Islam sebagai rahmat bagi semesta, sementara sebagian besar muslimin masih sebatas bisa menjadi konsumen saja? Umat Islam harus bangkit dan berjihad melawan kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan. Salah satu upaya bentuk perlawanan tersebut adalah dengan dengan upaya yang bersungguh (jihad) dalam menguasai ilmu pengetahuan (fil ‘ilmi), kemudian berupaya dengan ilmu pengetahuan tersebut untuk membangun supremasi peradaban Islam (jihad bil ‘ilmi).

Penulis dalam hal ini tidak kemudian berarti menafikan atau menghilangkan syari’at jihad dalam arti perang fisik (qital). Hanya saja, realitas yang terjadi justru pelaksanaan jihad model ini seringkali tidak pada tempat yang tepat, sehingga tidak jarang melahirkan sikap “islamphobia” di kalangan luar dan tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap perkembangan Islam. Apalagi di negara kita Indonesia, jihad model ini sangat tidak tepat untuk dilaksanakan, karena terlalu banyak mudarat yang ditimbulkan ketimbang manfaat yang diperoleh umat Islam.

Indikasi maju dan mapannya sebuah peradaban sangat ditentukan dari tinggi dan kuatnya ilmu pengetahuan sebagai penyangga utamanya. Tentu saja, pendidikan moral tidak bisa dikesampingkan dari upaya pembangunan keilmuan ini. Di sinilah letak pentingnya Islam sebagai sebuah ajaran etis (akhlak). Peradaban ilmu yang dibangun Islam pasti berbeda dengan produk “non-Islam”, karena Islam memiliki keyakinan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah satu, yaitu Allah SWT. Sumber tersebut kemudian direalisasikan dalam bentuk ayat-ayat kauniyyah dan ayat-ayat qauliyyah. Itu artinya setinggi apapun ilmu pengetahuan itu dicapai dalam Islam pastilah tetap harus berlandaskan pada nilai-nilai etis yang diatur dalam al-Quran dan Sunnah Rasul.

Ikhtitam

Lembaga pendidikan Islam harusnya juga memegang peranan penting dalam mendukung gerakan membangun peradaban ilmu Islam. Terutama untuk membedakan luarannya dari peradaban “Barat”. Permasalahannya, mengapa banyak lembaga pendidikan Islam -termasuk berbagai universitas Islam di Indonesia- jutru malu-malu menyatakan keislamannya. Universitas Islam harus berani membangun konsep ekonomi Islam, politik Islam, sosiologi Islam, psikologi Islam, sains Islam, budaya Islam, dan sebagainya. Berapa banyak kita memiliki lembaga pendidikan Islam, tapi berapa besar sumbangannya terhadap peradaban ilmu Islam? Ini semua menjadi tugas kita bersama.Wallahu a’lam.
alrasikh.wordpress.com

MENJADI MUSLIM YANG BERMANFAAT BAGI MANUSIA


“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan tempat yang dibikin manusia.” Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
(Q.S. al-Nahl [16]: 68-69).

Ada dua pertanyaan yang seyogianya mengiringi kepergian-kepergian kita. Pertanyaan pertama untuk mengiringi kepergian kita menuju kematian yang sementara (tidur) dan kematian yang sesungguhnya dengan terlepasnya ruh dari jasad, adalah; kebajikan-kebajikan apa yang sudah kulakukan untuk Tuhanku dan kebajikan-kebajikan apa yang sudah kulakukan untuk manusia? Pertanyaan kedua untuk mengiringi kepergian kita menuju tempat beraktifitas (kasb), adalah; kebajikan apa yang akan kupersembahkan kepada Allah SWT dan kebajikan-kebajikan apa yang akan kuberikan kepada manusia? Dua pertanyaan tersebut akan menjadi suatu hal yang sangat mendasar, karena dengan adanya dua hal tersebut kita dalam setiap hari akan mempunyai motivasi positif dalam hidup; pengabdian kepada Allah SWT dan perbuatan baik bagi manusia.

Selanjutnya, apa yang kita lakukan hendaklah dimulai dengan nama Allah—didasari oleh semangat melaksanakan anjuran Alla dan dipersembahkan kepada Allah. Pada dasarnya, kebaikan apapun yang dilakukan karena mengikuti anjuran Allah merupakan wujud kebaikan universal yang bermanfaat kepada diri sendiri dan juga manusia banyak. Kita harus bertanggungjawab kepada diri sendiri dengan memelihara diri dari kebinasaan. Kesehatan dan kelangsungan hidup kita misalnya adalah merupakan amanat yang Allah berikan kepada kita yang harus kita jaga sebaik mungkin serta kita syukuri dengan melakukan hal-hal yang terbaik bagi kebaikan bagi diri sendiri sebagai bentuk tanggungjawab kepada diri sendiri dan Allah. Selain itu kita juga harus menjalankan sebaik mungkin apa yang menjadi tugas kita sebagai bentuk tanggungjawab kita kepada diri sendiri, instansi dan Tuhan. Kita juga mempunyai tanggungjawab bersama (tanggungjawab sosial) dengan melakukan yang terbaik bagi orang lain tanpa mengabaikan urusan pribadi.

Semangat ajaran Islam mengajak kaum Muslim agar menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia lainnya, bukan hanya kepada diri sendiri dan bagi umat Muslim saja. Bahkan manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya adalah predikat tertinggi dalam Islam. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Di sini perlu saya ungkapkan kembali bahwa cara beragama umat Muslim jangan hendaknya egois, yaitu beragama yang hanya berdampak baik bagi umat Muslim. Mengapa? Bukankah Nabi Muhammad di utus untuk menjadi “rahmat”—kasih sayang—bagi seluruh alam semesta? Konsekuensi logisnya, umat yang mengikutinya pun harus dapat menempatkan dan memposisikan dirinya menjadi rahmat bagi alam semesta yang terdiri dari banyak manusia dengan latar belakang berbeda dan juga kepercayaan yang berbeda. Bukankah Nabi Muhammad menjadi pelindung bagi orang-orang kafir dzimmy? Bukankah beliau juga melakukan pembelaan hak-hak orang Kristen maupun Yahudi yang tidak memerangi kaum Muslim? Contoh tauladan lain adalah Umar ibn Al-Khatthab—sebagai khalifah kedua—yang memenangkan orang Yahudi dalam kasus penggusuran tanah miliknya yang direncanakan akan didirikan masjid di atasnya. Dan banyak lagi bukti-bukti kasus masa lalu yang menunjukkan betapa anggunnya Islam. Jadi dalam hal ini orientasi kaum Muslim dalam melakukan segala sesuatunya akan lebih baik dan bijak jika untuk kebaikan bersama. Atau bisa kita istilahkan sebagai “And Muslim for all”, umat Muslim harus bermanfaat kepada semuanya sebagai bentuk tanggungjawabnya menjadi umat “wasathan” dan“khairu ummah ukhrijat linnâs”.

Al-Qur’an mengajarkan umat Muslim untuk menjadi atau berfungsi sebagai lebah yang dapat menghasilkan madu, satu jenis minuman yang sangat bermanfaat bagi manusia. Hal ini terlukis jelas dalam Q.S. al-Nahl [16]: 68-69 sebagaimana ayat diatas. Terkait dengan ayat tersebut, umat Muslim diharapkan dapat memberikan manfaat dengan kontribusi yang direalisasikan melalui pikiran atau karya nyata lainnya. Jadi karya maupun hasil dari kreativitas kerja Muslim hendaklah merupakan madu yang menyehatkan dan sangat bermanfaat untuk banyak hal, bukan sampah atau racun yang menyengsarakan apalagi mematikan. Karya dibuat dan diberikan dengan tanggungjawab untuk membuat manusia semakin baik. Kerja harus dilakukan dengan penuh pengabdian bagi Allah dan kemanusiaan serta penuh tanggungjawab kepada Allah dan kemanusiaan. Kalaupun tidak bisa berpikir dan berkarya, cukuplah hanya dengan tidak berbuat sesuatu yang dapat merugikan manusia yang lainnya karena bagi orang tipe ini “diam adalah emas”—diam menjadi lebih baik baginya daripada berbuat atau berbicara yang justru hanya berdampak bagi kerugian di pihak lain.

Dalam sejarah, umat Muslim pernah mengukir sejarah yang menunjukkan pengabdiannya kepada Allah dan kemanusiaan melalui banyak lahirnya orang-orang yang dapat membangun dan mengembangkan peradaban umat manusia. Umat Muslim pernah memiliki Al-Khwarizmi yang turut membangun dasar-dasar ilmu matematika dan astronomi; Ibn Sina (Avicenna) yang failasuf namun juga dokter yang sampai saat ini karyanya menjadi referensi wajibdalam bidang kedokteran; Ibn Rusyd (Averroes) yang seorang failasuf dan ahli hukum Islam; dan banyak lagi yang lainnya yang karya-karya mereka itu kemudian ditranslet ke dalam bahasa Inggris yang kemudian terbukti menjadi sumbangan yang demikian besar harganya bagi peradaban Barat. Hal senada dikemukakan oleh W. Montgomery Watt (1972) dalam The Influence of Islam on Medieval Europ, bahwa bagaimanapun juga Eropa atau Barat pada umumnya berhutang budaya kepada umat Muslim karena mereka mengadopsi banyak pengetahuan dari mereka, dan Barat bisa mengenal Yunani adalah melalui perantaraan sarjana-sarjana Muslim yang menterjemahkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab yang kemudian ditranslet ke dalam bahasa-bahasa Eropa. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca juga Marshall G. S. Hodgson The Venture of Islam: Conscience and History in World Civilization Book Two: The Classical Civilization of the High Caliphate.

Itu adalah masa lalu yang tidak akan hadir lagi saat ini, tidak perlu disesalkan dan diratapi. Masa lalu akan menjadi sejarah bagi kita. Apa yang terbaik yang dapat kita ambil dan apa kesalahan yang ada akan menjadi pelajaran dan sekaligus peringatan bagi kita. Karena bagi orang Muslim, segala sesuatu akan berdayaguna dan bermanfaat bagi hidupnya. Maka yang perlu dilakukan oleh umat Muslim saat ini adalah dengan jalan mempersiapkan diri dengan membekali ilmu pengetahuan serta upaya yang sistematis untuk menyongsong masa depan bagi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia sesuai dengan bidang yang ditekuninya, sesederhana apa pun bidang itu. Karena kita harus yakin bahwa hal-hal yang kecil dan dianggap sepele itu sebenarnya dapat menolong dan menopang jalannya kehidupan umat manusia. Inilah manfaat yang sesungguhnya, maka kita tidak usah terbuai dengan keputusasaan karena tidak bisa melakukan hal-hal yang besar walaupun sebenarnya kita dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas kita secara pribadi.

Banyak hal besar dimulai dengan yang kecil. Dengan demikian seseorang akan menikmati berbagai pengalaman antara kesengsaraan dan kenikmatan. (Seperti halnya untuk menjadi seorang pemimpin sebaiknya berangkat dari bawah agar tetap dapat menyadari betapa menghargai orang-orang di bawah itu penting, dan bahwa segala bentuk penindasan itu perbuatan yang dikutuk oleh banyak orang). Tentu apa yang sering kita katakan akan kita perlukan di sini bahwa “Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali.” Namun tentunya kalimat itu tidak menjadi legitimasi untuk mengerjakan dan menjalankan sesuatunya secara asal dan kurang bertanggungjawab. Karena kita yakin bahwa sesuatu yang asal-asalan dan tidak bertanggungjawab tidak akan mendatangkan manfaat apapun melainkan hanya penyesalan dan bentuk kebodohan yang tidak terampuni. Atau kita lebih suka menjadi yang bodoh dan tidak bermanfaat, yang ada ataupun tiadanya kita bernilai sama sebagai tiada? Wallâhu a’lam bis-shawwâb.
alrasikh.wordpress.com

Losing but Winning


Indonesia played with heart and soul in the second leg of the Asean Football Federation Suzuki Cup final on Wednesday. Although the Merah Putih team failed to win the title, the players can hold their heads high.

Millions of Indonesians — from street vendors to chief executives — cheered for the team, whether at Bung Karno Stadium or in front of TV screens. President Susilo Bambang Yudhoyono and the first lady, Ani Yudhoyono , showed their support by watching the team play live.

In a way, the Merah Putih campaign has brought the nation together and filled Indonesians with a new pride. Love for football has a binding effect.

After Wednesday’s match, Merah Putih coach Alfred Riedl said the team had failed to capitalize on its chances. “We should’ve scored five or six goals in the game,” he said.

He congratulated Malaysia, but said: “I think the better team lost tonight.”

Indeed, it was clear to everyone how well the team played. Indonesia dictated the pace of play and had the Malaysians on the back foot much of the match. Of course, the Malaysians, with a big lead from the first leg, were content to play a defensive game.

Sports is not only a question of winning or losing, however. It is also a question of sportsmanship, not only by the players but also the fans. While the crowd that filled Bung Karno Stadium to maximum capacity was boisterous, there was no violence. Our hat goes off to the fans.

Indonesia’s loss, however, should not be the end of the road. The team’s remarkable campaign should serve as a foundation for further victories, both in football and other fields. If anything, the AFF Cup has shown us that we can be disciplined and perform well, given ample training, proper facilities and the right opportunities. We must aim higher, just as the national squad went above and beyond expectations.

We are now left with the task of striving to put some order into our nation’s sports, a field that has been marked by lackluster performances in recent years.

With everyone’s attention turned toward the football pitch, we should seize this opportunity to promote sports as a vehicle for nation- and character-building.

Winning is important, of course, but if we win through unsportsmanlike behavior like harassing our opponents or being unruly in the stands, our victory would be hollow. We would be setting a bad example for our young people and tarnishing our national image and reputation. Indonesia must win through fair play, and at the same time learn to be gracious losers. That is ultimately the true meaning of sports.
News Source :goodnewsfromindonesia.org

HARAMKAH MERAYAKAN TAHUN BARU?


“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S al-Maidah [05]: 2)
Fakta telah berbicara bahwa banyak pemuda muslim saat ini yang kerap-kali merayakan tahun baru masehi dengan perayaan yang identik dengan maksiat, begadang semalam suntuk di pinggir pantai, foya-foya, mabuk-mabukan, bahkan tidak sedikit yang melakukan perbuatan zina. Seandainya ini terus kita biarkan, berarti kita telah membiarkan setan tertawa terbahak-bahak melihat anak Adam bermaksiat secara masal. Mengapa kita tidak mengisi hari-harinya dengan berzikir, membaca al-Qur’an, shalawatan, mengadakan pengajian, dan amal kebajikan lainnya yang sekiranya lebih bermanfaat untuk kita? Inilah problem sosial dan krisis iman yang banyak dihadapi pemuda-pemudi saat ini.
Pertanyaan yang cukup menarik sekarang adalah apakah benar perayaan tahun baru masehi itu diharamkan? Jikalau demikian, alangkah naifnya manusia yang merayakan sesuatu yang pada hakekatnya memang diharamkan dengan perbuatan maksiat? Ibaratkan memupuk dosa dalam api neraka? Sudah tahu ada duri di depan mata, tapi malah diinjak seakan-akan tidak akan terjadi apa-apa.
Melihat Hakekat Dalam Sejarah
Sebelum membahas lebih jauh tentang hukum perayaan menyambut tahun baru, mari kita simak terlebih dahulu sejarah penetapan tanggal 1 Januari sebagai pertanda tahun baru. Bila melihat sejarahnya, penetapan 1 Januari sebagai pertanda tahun baru bermula pada abad 46 sebelum masehi (SM). Ketika itu kaisar Julius Caisar membuat kelender matahari, kelender yang dinilai lebih akurat ketimbang kalender-kalender lain yang pernah dibuat sebelumnya.
Sebelum Caesar membuat kalender Matahari, pada abad 153 SM, Janus seorang pendongeng di Roma yang menetapkan awal mula tahun. Dengan dua wajahnya, Janus mampu melihat kejadian di masa lalu dan masa depan. Dialah yang menjadi simbol kuno resolusi (sebuah pencapaian) tahun baru. Bangsa Roma berharap dengan dimulainya tahun yang baru, kesalahan-kesalahan di masa lalu dapat dimaafkan. Sebagai penebus dosa, tahun baru juga ditandai dengan tukar kado.Setelah menyimak sejarahnya, marilah kita lihat dalil-dalil dari Kitabullah, as-Sunnah dan atsar-atsar yang shahih yang melarang untuk menyerupai orang-orang kafir di dalam hal yang menjadi ciri dan kekhususan mereka.
Menyerupai Orang Kafir?
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa tahun baru masehi awalnya merupakan suatu ritual bangsa Roma dan bahkan dianggap sebagai penebus dosa. Tahun baru merupakan suatu hari yang datang kembali dan terulang, yang diagung-agungkan oleh orang-orang kafir atau sebutan bagi tempat orang-orang kafir dalam menyelenggarakan perkumpulan keagamaan. Jadi, setiap perbuatan yang mereka ada-adakan di tempat-tempat atau waktu-waktu seperti ini maka itu termasuk hari besar mereka. Karenanya, larangannya bukan hanya terhadap hari-hari besar yang khusus buat mereka saja, akan tetapi setiap waktu dan tempat yang mereka agungkan yang sesungguhnya tidak ada landasannya di dalam agama Islam, demikian pula, perbuatan-perbuatan yang mereka adakan di dalamnya juga termasuk ke dalam hal itu. Ditambah lagi dengan hari-hari sebelum dan sesudahnya yang nilai religiusnya bagi mereka sama saja sebagaimana yang disinggung oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah. Diantara ayat yang menyebutkan secara khusus larangan menyerupai hari-hari besar mereka adalah firmanNya: “Dan orang-orang yang tidak menyaksikan az-zûr”.(QS al-Furqân[25]: 72)
Ayat ini berkaitan dengan salah satu sifat para hamba Allah yang beriman. Sekelompok ulama seperti Ibnu Sirin, Mujahid dan Ar-Rabi’ bin Anas menafsirkan kata “Az-Zûra” (di dalam ayat tersebut) sebagai hari-hari besar orang kafir. Dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik r.a dia berkata, saat Rasulullah s.a.w datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar untuk bermain-main. Lalu beliau bertanya, “Dua hari untuk apa ini?”. Mereka menjawab,”Dua hari dimana kami sering bermain-main di masa jahiliyah”. Lantas beliau bersabda, “Artinya: sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya: Idul Adha dan Idul Fitri”.
Demikian pula terdapat hadits yang shahih dari Tsabit bin Adh-Dhahhak r.a. bahwasanya dia berkata, “Seorang laki-laki telah bernadzar pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyembelih onta sebagai qurban di Buwanah. Lalu dia mendatangi Rasulullah s.a.w sembari berkata, “Sesungguhnya aku telah bernazar untuk menyembelih onta sebagai qurban di Buwanah. Lalu Nabi s.a.w bertanya, “Apakah di dalamnya terdapat salah satu dari berhala-berhala Jahiliyyah yang disembah? Mereka menjawab, “Tidak”. Nabi bertanya lagi, “Apakah di dalamnya terdapat salah satu dari hari-hari besar mereka?”. Mereka menjawab, “Tidak”. Rasulullah sa..w bersabda, “Tepatilah nadzarmu karena tidak perlu menepati nadzar di dalam berbuat maksiat kepada Allah dan di dalam hal yang tidak dipunyai (tidak mampu dilakukan) oleh manusia”.
Umar bin Al-Khaththtab r.a. berkata, “Janganlah kalian mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka”. Dia berkata lagi, “Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka”. Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra. dia berkata, “Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festival seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka”.
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, maka tidak boleh hukumnya seorang muslim yang beriman kepada Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai agama serta Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, mengadakan perayaan-perayaan hari-hari besar yang tidak ada landasannya dalam agama Islam, termasuk diantaranya pesta ‘Tahun Baru’, apalagi bila dimeriahkan dengan sajian-sajian maksiat. Serta tidak boleh hadir pada acaranya, berpartisipasi dan membantu dalam pelaksanaannya dalam bentuk apapun karena hal itu termasuk dosa dan melampaui aturan-aturan Allah sedangkan Allah sendiri telah berfirman dari potongan ayat muqodimah diatas, “Dan janganlah bertolong-tolongan di atas berbuat dosa dan melampaui batas, bertakwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat pedih siksaanNya” (QS. al-Maidah[05]: 2).
Rasulullah SAW bersabda: من تشبه بقوم فهو منهم “Siapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama tertentu), maka dia termasuk bagian dari mereka.” Namun sangat disayangkan masih banyak di antara kaum muslimin yang meniru-niru perayaan mereka. Bahkan ada yang ikut merayakan hari raya mereka. Diantaranya ada yang memberikan ucapan selamat atau ikut meramaikannya dengan pelbagai acara seperti meniup terompet pada malam tahun baru dan yang semisalnya.
Menciptakan perubahan dan Sejarah Baru.
Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, tertawa dan hura-hura, konvoi keliling kota, bahkan tidak sedikit yang berzina, bergadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah menjadikan malam untuk berisitrahat (QS al-Naba’[78]: 9-10), bukan untuk melek sepanjang malam, kecuali bila ada anjuran untuk shalat malam (QS al-Isrâ’[17]: 79).
Kebiasaan yang sudah menjamur nan menyesatkan inilah yang perlu kita ubah. Kita bisa menghabiskan hari dan malamnya dengan kegiatan-kegiatan islami, mengadakan pengajian, berdiskusi, atau mungkin mengundang penceramah untuk memberikan siraman rohani, atau mengadakan kegiatan sosial lainnya seperti menyantuni panti asuhan dan lain sebagainya. Kita ubah sesuatu yang buruk menjadi baik, hitam menjadi putih, bau busuk menjadi harum semerbak, keruh menjadi jernih, dan maksiat menjadi pahala. Kita isi dengan segala sesuatu yang positif. Namun dengan catatan bahwa kita mengadakan kegiatan tersebut bukan atas dasar niat untuk merayakan tahun baru seperti halnya orang kafir. Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya dan seseorang akan dibalas sesuai dengan yang diniatkan”(HR Bukhari-Muslim)
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa merayakan tahun baru Masehi adalah haram hukumnya, apalagi bila mengisinya dengan amal yang sia-sia dan penuh maksiat yang menyesatkan. Namun ada pendapat yang membolehkan untuk melakukan hal-hal positif di dalamnya, seperti halnya mengadakan pengajian dengan syarat tidak disertai dengan niat untuk merayakan tahun baru tersebut namun hanya untuk mengharap ridho Allah SWT.
http://alrasikh.wordpress.com/

MENYANDARKAN NIKMAT HANYA KEPADA ALLAH

Mereka mengetahui nikmat Allah, Kemudian mereka mengingkarinya
(Q.S. An-Nahl [16]: 83)
Sebuah cerita, terdapat seorang ayah yang bernama Abu Lu’lu’, ia memiliki seorang anak yang bernama Qosim. Sang anak ini memiliki sikap yang suka membangkang (melawan) orang tuanya. Suatu hari, karena terlalu kesal terhadap tingkah anaknya, sang Ayah (Abu Lu’lu’) marah besar. Akhirnya keluarlah kata-kata dari mulut sang Ayah, “Jika bukan karena ayah, maka kamu tidak akan bisa sebesar ini!”
Mungkin, membaca kisah seperti ini, jika dilihat pada kehidupan masyarakat kita sehari-hari, bukanlah suatu peristiwa yang aneh, apalagi memilukan bagi sebagian orang. Kebanyakan kita mungkin menilai cerita tersebut dari sisi sikap anak yang tidak berbakti terhadap orang tuanya tersebut. Namun, seringkali kita tidak menyadari bahwa ucapan-ucapan yang biasa terlontar seperti perkataan Abu Lu’lu’ tersebut, memberikan dampak yang begitu besar bagi sisi ketauhidan seseorang terhadap Allah ‘Azza wa Jalla.
Perkataan-perkataan seperti yang dilontarkan oleh Abul Lu’lu’ diatas, biasa berlangsung oleh lisan-lisan kebanyakan manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti perkataan seseorang, “Jika bukan karena anjing kecil ini, maka niscaya rumah ini akan dimasuki oleh maling.” Atau perkataan, “jika bukan karena angin yang berhembus pada pagi hari ini dengan tenang, maka nelayan tidak akan bisa menangkap ikan di laut.” Dan juga perkataan-perkataan semisalnya.
Perkataan-perkataan tersebut adalah suatu perkataan tercela, dikarenakan ketika mendapatkan nikmat yang diberikan oleh Allah kepada mereka, mereka tidak menyandarkan nikmat tersebut kepada Allah. Bahkan mereka menyandarkan nikmat-nikmat tersebut kepada selain Allah yang mana hal tersebut pada hakikatnya hanyalah sebagai sebab akan datangnya nikmat Allah kepada mereka, bukan hal yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudharat (keburukan).
Oleh sebab itu, berkenanaan dengan ayat Alqur’an, yang disebutkan diatas (An-Nahl [16] 83), ’Aun bin Abdillah menerangkan tentang maksudnya: “Mereka mengatakan, ‘Kalau seandainya bukan karena “Fulan” (sebutan bagi seseorang yang tidak diketahui orangnya dalam bahasa arab dikarenakan masih bersifat umum), maka akan terjadi begini dan begitu’”.
Hal ini merupakan permasalahan tauhid yang amat penting diketahui, karena apabila seseorang tidak berhati-hati, maka bisa saja dia terjatuh ke dalam kesyirikan dan kekufuran apalagi jika dia meyakini bahwa sesuatu yang dia sandarkan nikmat tersebut, benar benar yang telah mendatangkan manfaat dan menolak mudharat kepada dia tanpa campur tangan Allah. Maka hal ini bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam ini.
Adapun ketika seseorang dalam mengucapkannya hanya karena perkataan tersebut terlontar dari lisannya tanpa meyakini bahwa sesuatu yang ia sandarkan nikmat tersebut kepadanya yang telah mendatangkan manfaat dan menolak mudharat, serta meyakini bahwa hanya Allah – lah yang mendatangkan manfaat dan menolak mudharat, maka perkataan tersebut akan menjatuhkannya kepada syirkun ashghar (syirik kecil) yang mencakar sisi ketauhidannya kepada ALLAH. Hanya saja, yang perlu kita ketahui wahai para pembaca, bahwasanya kesyirikan kecil lebih besar dosanya jika dibandingkan dengan dosa besar sekalipun selain syirik besar (Ahmad bin Yahya An-Najmi: 262).
Hal ini juga sebagaimana Hadits Qudsi dari Zaid bin Kholid bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kalian mengetahui perkataan Rabb kalian?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.” Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Telah berpagi dari hambaKu yang mu’min kepadaKu dan yang kafir. Adapun yang berkata, ‘kami diberi hujan dengan keutamaan Allah dan RahmatNya’, maka orang yang semacam ini telah beriman kepadaKu dan kafir terhadap bintang-bintang. Adapun yang mengatakan, ‘kami diberi hujan disebabkan oleh demikian dan demikian’, maka orang semacam ini telah kafir kepadaKu dan beriman kepada bintang-bintang’”.
Maka yang menjadi pertimbangan dan neraca dalam permasalahan ini adalah apa yang terdapat dalam hati. Adapun yang mengetahui bahwa sesungguhnya seluruh nikmat baik yang besar maupun yang kecil datangnya dari Allah, maka orang semacam ini adalah mu’min yang bertauhid kepada Allah. Maka, apabila seseorang yang mengetahui bahwa nikmat itu seluruhnya dari Allah, hanya saja keluar dari lisannya seperti telah kita bahas, maka hal tersebut mengantarkan pelakunya kepada perbuatan syirik kecil yang telah menodai kesempurnaan sisi ketauhidannya kepada Allah.
Adapun seseorang yang dengan perkataannya tersebut meyakini bahwa nikmat itu datangnya dari sesuatu selain Allah yang ia sandarkan nikmat itu kepada selain Allah, maka dengan perkataannya tersebut ia telah melakukan kesyirikan yang besar yang mengeluarkannya dari millah (agama).
Lalu bagaimanakah jalan keluarnya?
Ketika kita telah mendapatkan nikmat dari Allah, maka hendaklah kita menyandarkan nikmat tersebut hanya kepada Allah. Dan diperbolehkan bagi kita mengikutkan sebab kita dalam mendapatkan nikmat tersebut dengan menggunakan kata sambung “kemudian” untuk menunjukkan sebab. Misalnya, “Jika bukan karena nikmat dari Allah kemudian karena angsa ini, niscaya rumah ini akan dimasuki oleh maling.” Hal inilah yang diajarkan oleh Rasul kita Muhammad SAW.
Sebagaimana hadits dari Hudzaifah dari Nabi Muhammad SAW, Beliau bersabda: “Janganlah kalian katakan, ‘Jika Allah menghendaki dan fulan menghendaki’, tetapi katakanlah, ‘Jika Allah menghendaki kemudian fulan menghendaki’”
Perhatikanlah, bagaimana Rasulullah SAW mengajari umatnya agar terhindar dari perbuatan syirik, bahkan hal-hal yang biasa dianggap kecil oleh sebagian orang, namun hal ini dapat mengantarkan kepada kesyirikan yang lebih besar.
Ketika seseorang menyambung kehendak Allah dengan kehendak makhlukNya dengan kata sambung dan, ini bisa memberi pengertian dalam penyamaan kehendak Allah dan kehendak makhlukNya, dimana jika Allah dan makhlukNya tidak menghendaki maka tidak akan terjadi. Maka sungguh hal ini akan menjadi sebab timbulnya kesyirikan. Namun jika seseorang menggabungkan kehendak Allah dengan makhlukNya dengan kata sambung kemudian, ini memberikan pengertian bahwa kehendak Allah adalah bersifat mutlak, sedangkan kehendak makhluk, adalah hanya sebagai perantara sebab terjadinya suatu perkara.

Apa yang Terjadi Pada Tubuh Saat Manusia Tidur?


Manusia menghabiskan sekitar sepertiga umurnya untuk tidur. Tidur bukan hanya sekedar istirahat, tapi jauh dari itu ada proses perbaikan pada seluruh organ tubuh. Apa saja yang terjadi pada tubuh saat tidur?

Tak hanya mengistirahatkan otot, saat tidur tubuh mengalami perbaikan dan detoksifikasi (mengeluarkan racun). Tidur juga memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi hormon-hormon imunitas (kekebalan tubuh).

Pola tidur yang buruk berhubungan dengan kesehatan yang buruk pula. Kurang tidur yang kronis dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, obesitas, depresi, produksi hormon tidak teratur, sistem kekebalan tubuh lemah, penurunan memori, mudah marah dan penurunan konsentrasi.

Berikut beberapa hal yang terjadi pada organ tubuh saat manusia tidur seperti dilansir Dailymail, Rabu (29/12/2010):

1. Otak
Meski tampak pasif, tidak aktif dan aktivitas otak turun sekitar 40 persen, tetapi otak tetap sangat aktif selama Anda tidur.

Tidur malam yang khas terdiri dari lima siklus tidur yang berbeda, masing-masing berlangsung sekitar 90 menit. Empat tahap pertama setiap siklus dianggap sebagai tidur tenang atau non-rapid eye move-ment (NREM). Tahap terakhir disebut dengan gerakan mata cepat atau rapid eye movement (REM).

Selama tahap pertama dari tidur ada gelombang otak undulations kecil. Selama tahap kedua, gelombang ini diselingi dengan sinyal listrik yang disebut sleep spindles, yaitu semburan kecil dari aktivitas yang berlangsung beberapa detik dan membuat keadaan tenang.

Tahap ketiga terjadi gelombang lambat yang besar, semakin besar dan lambat gelombang otak makan tidur akan semakin dalam. Pada tahap keempat, 50 persen gelombang otak melambat. Pada titik ini, 40 persen aliran darah normal di otak dialihkan ke otot untuk mengembalikan energi.

Tidur REM adalah tingkat tertinggi aktivitas otak. Tahap ini biasanya berhubungan dengan mimpi yang dipicu oleh pons, yaitu bagian dari batang otak yang mengirimkan impuls saraf antara sumsum tulang belakang dan otak.

2. Mata
Meski tertutup, pada saat tidur mata bisa tetap bergerak. Gerakan mata tersebut menunjukkan perbedaan pada tahapan tidur, gerakan paling cepat terjadi pada saat tidur REM (rapid eye movement).

3. Hormon
Selama terjaga, tubuh membakar oksigen dan makanan untuk menyediakan energi. Kondisi ini disebut dengan tingkat katabolik yang didominasi dengan rangsangan hormon adrenalin dan kortisteroid.

Tetapi saat tidur, sistem hormon akan berpindah pada tahap anabolik, yaitu konversi energi untuk perbaikan dan pertumbuhan. Pada tahap ini tingkat hormon adrenalin dan kortikosteroid turun dan tubuh mulai memproduksi hormon pertumbuhan (human growth hormone atau HGH), melatonin, juga hormon seks testosteron, hormon kesuburan, FSH (follicle-stimulating hormone dan hormon LH (luteinizing hormone).

HGH mendorong pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan otot dan tulang dengan memfasilitasi penggunaan asam amino. Sedangkan melatonin adalah hormon yang diproduksi untuk membantu manusia untuk tidur. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar pineal jauh di dalam otak, ini membantu tubuh mengontrol irama dan siklus tidur-bangun.

4. Sistem kekebalan
Terjadi peningkatan produksi sistem kekebalan tubuh dan protein tertentu selama tidur, sebagai agen tertentu yang memerangi penyakit. Pembunuh kanker yang disebut TNF (tumour necrosis factor) juga dipompa melalui pembuluh darah saat tidur. Inilah yang menyebabkan tidur yang cukup dapat membantu melawan infeksi.

5. Suhu tubuh
Pada malam hari, suhu tubuh bersamaan dengan adrenalin mulai turun. Berkeringat mungkin terjadi sebagai usaha tubuh untuk mencoba memerangi kehilangan panas.

6. Kulit
Selama tidur nyenyak, tingkat metabolisme kulit dipercepat dan banyak sel-sel tubuh menunjukkan peningkatan produksi dan mengurangi kerusakan protein. Inilah yang menyebabkan tidur malam yang cukup dapat mempercantik kulit.

7. Pernapasan
Ketika tertidur, otot tenggorokan akan rileks sehingga tenggorokan semakin sempit setiap kali menghirup udara. Mendengkur terjadi ketika tenggorokan menyempit dan bagian dari saluran udara bergetar.

8. Mulut
Air liur diperlukan untuk melumasi mulut dan untuk makan. Tapi selama tidur, aliran saliva berkurang sehingga menyebabkan mulut kering di pagi hari. Namun, mulut bisa sangat aktif selama tidur, yang menyebabkan orang secara tidak sadar mengertakkan gigi pada saat tidur.

9. Otot
Meskipun orang dapat mengubah posisi tidur sekitar 35 kali semalam, otot-otot tubuh tetap rileks. Hal ini memberikan kesempatan bagi jaringan untuk diperbaiki dan dipulihkan.

10. Darah
Denyut jantung turun antara 10 dan 30 denyut per menit ketika tidur. Hal ini menghasilkan penurunan tekanan darah, yang terjadi dalam tidur nyenyak. Selama istirahat, darah mengalir dari otak, melemaskan arteri dan membuat anggota tubuh yang lebih besar. Sel-sel dan jaringan yang memecah untuk menghasilkan limbah beracun juga menjadi kurang aktif saat tidur. Hal ini memberikan kesempatan untuk jaringan yang rusak untuk dibangun kembali.

11. Sistem pencernaan
Selama tidur, kecepatan sistem pencernaan akan melambat. Untuk alasan ini, makan larut malam tidak dianjurkan karena enzim dan asam lambung yang berfungsi untuk mengubah makanan menjadi energi tidak aktif, sehingga bisa menumpuk kalori dalam tubuh.

Monday 27 December 2010

RENUNGAN:BAGAIMANA MENSYUKURI KARUNIA ALLAH?


”Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia menyelamatkan kalian dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian, membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan kalian”.
(Q.S. Ibrahim [14]: 6).
Untuk dapat bersyukur atas semua karunia Allah SWT seseorang ternyata membutuhkan pengalaman-pengalaman hidup yang privat sifatnya, baik terkait langsung ataupun tidak langsung dengan individu maupun kelompoknya (ummah, qaum, sya’b, qabîlah). Pengalaman-pengalaman dalam hidup seseorang itulah yang semestinya akan memberikan pengaruh terhadap jalan hidupnya di kemudian hari. Pengalaman-pengalaman dimaksud adalah pengalaman sosial maupun pengalaman spiritual lainnya. Penjelasan tentang hal ini dapat kita klarifikasi pada beberapa ayat dalam surat Ibrahim, diantaranya, ”Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia menyelamatkan kalian dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian, membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan kalian”. (Q.S. Ibrahim [14]: 6).

Ayat tersebut di atas berisi pengalaman sosial dan spiritual anak keturunan Israil, nama lain dari nabi Allah SWT yang shalih yaitu Nabi Ya’qub a.s. Dengan adanya pengalaman sosial dimana mereka mendapatkan siksaan dari penguasa kejam dan lalim bernama Fir’aun dan untuk selanjutnya disusul dengan pengalaman spiritual yang mencengangkan yaitu menyeberangi lautan dengan mukjizat tongkat Nabi Musa a.s. Tidak hanya sampai di situ, mereka juga melihat dengan mata kepala mereka secara langsung bagaimana Allah SWT menenggelamkan Fir’aun beserta bala tentaranya. Hal tersebut seharusnya menjadi modal dasar bagi mereka untuk bersyukur atas semua karunia Allah SWT tersebut jika mereka mampu menghadirkannya dalam ingatan mereka. Itulah yang disebut dengan kaitan yang mengaitkan hati seseorang dengan keagungan Allah SWT dimana hamba membutuhkan dan al-Khaliq memberikan. Allah SWT memandang syukur sebagai pengikat nikmat yang ada (qayd al-maujûd) agar tidak terlepas dan alat pengembali nikmat-nikmat yang telah lepas (shayd al-mafqûd). Bahkan Allah SWT berjanji secara pasti bagi setiap yang mensyukuri nikmat-Nya pasti akan ditambah lebih banyak lagi dengan kenikmatan-kenikmatan lainnya. ”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan kalian telah memaklumkan; “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“. (Q.S. Ibrahim [14]: 7).

Bagaimana seharusnya Bani Israil dan umat-umat rasul yang lainnnya mensyukuri setiap karunia Allah SWT? Di antara cara mensyukuri karunia itu adalah dengan beriman secara tulus (al-îmân al-khâlish) dan amal shalih (al-åmal al-shâlih). Demikian menurut Muhammad ibn Umar Nawawi dalam Kitâb Marâh Labîd li Kasyfi Ma’nâ al-Qur’ân al-Majîd. Menurut Ibn Abbas sebagaimana dikutip oleh Abdullah ibn Ahmad al-Nasafi dalam Kitâb Tafsîr al-Nasafî: Madârik al-Tanzîl wa Haqâ’iq al-Ta’wîl bahwa untuk mensyukuri karunia Allah SWT, Bani Israil hendaknya bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan kepada Allah (al-jidd fi al-thâ’ah). Artinya, jika anak-anak keturunan Israil tersebut bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan beribadah kepada Allah SWT maupun ketaatan dalam menjalankan setiap perintah Allah SWT lainnya melalui nabi-nabi-Nya maka Allah SWT pasti membalasnya dengan kesungguhan dalam memberikan pahala (al-jidd fi al-matsûbah).

Sayang! Sudah menjadi kebiasaan manusia untuk melupakan pengalaman-pengalaman mereka atau melupakan apa yang selama ini menjadi sumber kebahagiaan hidup mereka. Bahkan ada yang tidak dapat mensyukuri karunia itu setelah mendapatkan pengalaman-pengalaman yang seyogianya dapat membangkitkan motivasi dan menjadi spirit untuk bersyukur kepada Allah SWT. Sikap mengingkari setiap karunia Allah SWT yang demikian itu disebut dengan sikap kufr (ingkar). Dan bagi siapa saja yang kufur, Allah SWT telah memaklumatkan tentang siksa pedih yang akan Dia timpakan bagi pelaku kufur nikmat tersebut, cepat ataupun lambat, di dunia ataupun di akhirat. Siksa tersebut, menurut Ibn Abbas r.a., adalah dalam bentuk terampasnya kembali segala sumber kenikmatan (salb al-ni’am) dalam hidupnya di dunia dan siksaan serta murka Allah SWT yang berlangsung terus menerus (tawâlî al-niqam).

Jika seseorang tetap menetapkan hatinya untuk kufur kepada Allah SWT maka sesungguhnya hal itu sama sekali tidak memiliki pengaruh apa pun bagi Allah SWT. Jangan merasa bahwa semua hal baik yang kita lakukan itu akibat baiknya untuk Allah SWT. Tidak! Semua hal baik yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri. Demikian pula sebaliknya. Dalam lintasan historis, kalangan keturunan Israil selalu memiliki asumsi bahwa ketaatan yang mereka lakukan itu akan sangat berpengaruh bagi Allah SWT dan utusan-Nya. Anggapan itu ditolak dengan tegas, bahwa bersyukur ataupun tidak itu akibatnya akan kembali kepada umatnya sendiri dan tidak ada apa-apanya bagi Allah SWT. Allah SWT tidak memerlukan syukur hamba-hamba-Nya. Coba perhatikan dengan seksama ayat berikut, ”Dan Musa berkata: “Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Ibrahim [14]: 8)

Itu adalah pengalaman Nabi Musa as. Bagaimana dengan kita umat yang hidup bahkan jauh setelah turunnya Nabi Muhammad s.a.w.? Kurang lebih sama saja! Kita dapat menjadikan pengalaman-pengalaman sosial dan spiritual kita sebagai motor penggerak rasa syukur kita kepada Allah SWT. Pengalaman dengan terjadinya gempa bumi, letusan gunung, banjir, longsor, kebakaran, kekeringan, dan lain-lainnya. Semua itu adalah pengalaman yang luar biasa. Bagaimana jika tidak mengalaminya? Setidaknya setiap orang memiliki rasa senang dan susah yang potensi membangkitkan rasa syukur. Jika tidak juga, maka kita harus memancingnya dengan jalan belajar dari orang lain. Bagaimana caranya? Nabi Muhammad s.a.w. menganjurkan kita untuk melihat orang-orang yang kurang beruntung atau ada di bawah kita agar kita dapat mensyukurinya. Atau bentuk kongkretnya disebutkan oleh ‘Â’idh al-Qarny dalam Kitab Lâ Tahzan:”Zur al-mustasyfâ kai ta’rifa ni’mat al-’âfiyah! Wa al-sijna kai ta’rifa ni’mat al-hurriyyah! Wa al-mâristân kai ta’rifa ni’mat al-’aql! Fa innaka fî ni’amin lâ tadrî bihâ” (Kunjungilah rumah sakit agar Anda dapat mengenal nikmatnya afiat; kunjungilah penjara agar Anda dapat mengenal nikmat kebebasan; dan kunjungilah rumah sakit jiwa agar Anda mengenal nikmatnya akal. Karena Anda sering berada dalam suatu kenikmatan yang tidak Anda sadari).

Untuk dapat benar-benar bersyukur, kita harus tahu benar apa sesungguhnya yang dimaksud dengan syukur itu. Tanpa itu, kita akan sering terjatuh kepada kesalahan karena kebodohan kita, merasa menjadi seorang hamba yang bersyukur namun pada kenyataannya masih jauh dari kenyataan. Berikut ini adalah definisi tentang syukur yang dikemukakan oleh seorang mufassir, Abdurrahman ibn Nashir al-Sa’dy dalam Kitâb Tafsîr Taisîr al-Karîm al-Rahmân fi Tafsîr al-Kalâm al-Mannân: ”Syukur adalah pengakuan hati terhadap semua karunia Allah, kemudian memuji Allah terhadap segala karunia tersebut, dan lalu memanfaatkan karunia-karunia tersebut dalam menggapai keridhaan Allah Ta’ala. Dan kufur nikmat adalah berlawanan dari itu semua”. Semoga kita semua mampu melihat semua karunia Allah SWT dengan mata batin yang jernih dan mampu menjadi umat Nabi Muhammad s.a.w. yang pandai dalam mensyukuri karunia Allah SWT. Âmîn ya Rabb al-’âlamîn. Wallâhu a’lam bi al-shawwâb.

RENUNGAN:NASEHAT ADALAH PENGORBANAN BESAR


Ada sebagian orang yang melecehkan atau meremehkan nasehat. Mereka menganggap para pemberi nasehat sebagai tukang dongeng yang suka membual. Anggapan ini, menurut saya adalah hanya bagi mereka yang dangkal pemahaman agamanya. Bukannya agama itu sendiri adalah nasehat? Dari Abi Ruqayyah Tamim Aus al-Dary Nabi Muhammad s.a.w. bersabda, “Agama itu nasehat,” kami berkata, “Kepada siapa? Beliau bersabda,”Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, kepada pemimpin kaum muslimin dan rakyatnya (HR Bukhari dan Muslim). Bahkan salah satu tugas penting mereka adalah memberikan nasehat kepada yang lainnya (umat). Sebagaimana firman Allah SWT pada QS al-Nisâ’ [4]: 63. Betapa besar manfaat sebuah nasehat. Oleh karena itu, barang siapa diminta nasehat hendaklah ia penuhi, dan jangan sekali-kali menolaknya karena alasan malas. Dalam memberikan nasehat, berbicaralah yang baik, jahuilah ucapan yang aneh-aneh dan dapat menimbulkan hal-hal yang controversial. Tunjukkan kepada amal-amal shaleh, bersikaplah yang seimbang dan jangan membuat orang lain merasa bosan.

Dalam suatu kesempatan Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Basri al-Mawardi, dari kalangan madzhab Syafi’i yang lebih populer dengan nama Imam al-Mâwardi. Melalui karyanya Adab al-Dunyâ wa al-Dîn, sedikit banyak dia memberikan nasehat pada penulis. Kemudian penulis uraikan kembali pada lembar jum’at kali ini, sebagai sarana media saling menasehati diantara kita. Inilah yang Allah tegaskan dalam firman-Nya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-Ashr [103]: 1-3)

Al-Mâwardi memberikan nasehat untuk menjauhkan diri dari dua macam, yaitu menjauhkan diri dari sesuatu yang diharamkan dan menjauhkan diri dari dosa atau maksiat. Adapun menjauhkan diri dari sesuatu yang diharamkan terbagi menjadi dua bagian, menahan kemaluan dari yang haram dan mencegah lidah dari merusak kehormatan orang lain. Nabi Muhammad s.a.w. “Orang yang menjaga diri dari kejahatan kemaluannya, kejahatan lidahnya dan kejahatan perutnya berarti telah terjaga. Dalam hadits lain Nabi Muhammad s.a.w. bersabda, “Sikap menahan diri yang paling Allah sukai adalah menjaga kemaluan dan perut.” Dikisahkan bahwa Mu’awiyah r.a. bertanya pada Umar bin Khaththab tentang muru’ah dan Umar menjawab, “Bertaqwa pada Allâh Subhânahu wa Ta’âla dan menyambung tali silaturahim.” Saat Mughirah bertanya hal yang sama, Umar menjawab, “Menjaga diri dari sesuatu yang diharamkan Allah Subhânahu wa Ta’âla dan menjalankan sesuatu yang dihalalkan-Nya.” Sedangkan saat Yazid bertanya, Umar menjawab, “Sabar terhadap bencana, mensyukuri nikmat dan memberi maaf saat mampu melakukannya.” Mendengar berbagai jawaban Umar, Mu’awiyah berkata, “Engkau benar di sisiku.”

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. berkata pada Ali, “Wahai Ali, jangan engkau ikuti pandanganmu dengan pandangan yang lain. Sesungguhnya pandangan yang pertama itu adalah keuntunganmu, sedangkan pandangan yang kedua adalah dosa bagimu.” Menurut al-Mâwardi, hadist ini mengandung dua interpretasi: pertama, jangan kamu lanjutkan pandangan matamu dengan pandangan hatimu dan kedua, jangan kamu lanjutkan pandangan pertamamu yang terjadi secara tidak sengaja dengan pandangan keduamu yang disengaja. Isa bin Maryam a.s. berkata, “Berhati-hatilah dengan pandangan pertama yang diikuti dengan pandangan yang lain. Sesungguhnya ia dapat menanamkan syahwat dalam hati yang cukup untuk mendatangkan fitnah bagi pelakunya.” Dalam kesempatan lain al-Mâwardi mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib r.a. ia berkata, “Mata adalah perangkap setan.”

Syahwat adalah penipu akal, pengkhianat hati, pemoles keburukan menjadi baik, dan pembujuk manusia untuk melakukan kekejian. Tidak ada satu kerusakan pun yang terjadi melainkan syahwat ikut berperan di dalamnya. Karenanya Nabi Muhammad s.a.w. bersabda, “Empat perkara yang jika dimilki seseorang, ia wajib masuk surga dan terjaga dari syetan, yakni orang yang dapat menguasi diri saat memberi anjuran, saat memberikan ancaman,saat menginkan sesuatu, dan saat marah.” Saat kondisi seperti ini menurut al-Mâwardi, ada tiga cara untuk menundukkan syahwat:

Pertama, menundukkan pandangan mata dari pengaruhnya dan mencegahnya dari membantunya. Sebab pandangan mata adalah pemimpin yang menggerakkan, sekaligus yang memusnahkan. Said bin Sinan meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi s.a.w. bersabda, “Datangkanlah kepadaku enam perkara, maka aku akan mendatangkan surga pada kalian. Para sahabat bertanya, “Apa itu ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Jika berbicara jangan berbohong, jika berjanji janganlah mengingkari, jika diberi amanah janganlah berkhianat, tundukkanlah pandangan mata kalian, jagalah kemaluan kalian, dan tahanlah tangan kalian.”

Kedua, menjadikan jiwa menyukai yang halal dan memuaskannya dengan sesuatu yang mubah sebagai pengganti dari yang haram. Sebab Allah SWT tidak mengharamkan sesuatu melainkan Dia juga yang akan mencukupinya dengan hal mubah yang sejenis yang diharamkan, karena Dia mengetahui gejolak syahwat dan komposisi fitrah manusia. Semua ini dijadikannya sebagai alat pembantu bagi manusia untuk taat kepada-Nya dan sebagai benteng dari melanggar perintah-Nya. Umar bin Khaththab berkata, “Allah ‘Azza wa Jalla tidak memerintahkan sesuatu melainkan Dia juga yang membantu pelaksaannya, dan tidak mengharamkan sesuatu melainkan Dia jadikan manusia tidak menyukainya.” Dalam hal ini Allah berfirman, “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik, makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi al-kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (QS al-Mâidah [5]: 5)

Ketiga, membuat jiwa merasakan ketaqwaan kepada Allah dalam menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangannya, menjalankan ketaatan yang diwajibkan kepadanya, berhati-hati berbuat maksiat kepada-Nya, menegaskan bahwa Allah mengetahui isi hati manusia, seperti pada QS al-Nisâ’[4]: 63 –ayat diatas-, memberi pahala bagi kebaikkan dan membalas semua keburukan. Kita simak Firman Allah SWT, “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS al-Baqarah [2]: 281). Di ayat yang lain Allah menegaskan sekecil apapun amal kita, akan di balas sesuai dengan kadar amal tersebut. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)-nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)-nya pula.” (QS al-Zalzalah [99]: 7-8)

Menurut al-Mâwardi, mencegah lidah dari merusak kehormatan seseorang adalah sebuah keharusan. Bila tidak lisan akan menjadikan pemiliknya sebagai orang bodoh dan menjadi tempat balas dendam orang jahat. Orang seperti ini menurut al-Mâwardi, mudah sekali mengalami kesusahan, jika ia tidak memaksakan dirinya untuk meninggalkan larangan ini dengan sikap yang keras, ia akan tersungkur oleh kehinaannya dan tenggelam dalam bahayanya. Ia mengira bahwa menghindarnya orang lain darinya merupakan bentuk pengamanan yang harus tetap dijaga dan sebagai pertanda meningkatnya derajat kehormatannya. Akhirnya, ia pun menjadi orang yang binasa dan membinasakan orang lain. Karena itulah Nabi s.a.w. bersabda, “Ingatlah sesungguhnya darah kalian, harta kalian adalah haram atas kalian.” (HR Bukhari dan Muslim). Di sini Nabi Muhammad s.a.w. menggabungkan darah dan kehormatan karena keduanya dapat menjadi sumber dendam, kejahatan, perkataan kotor dan permusuhan. Demi darah dan kehormatan, manusia menjadi hina dan berdosa. Demi darah dan kehormtan pula ia ditinggalkan dan dibenci.
http://alrasikh.wordpress.com

Hadist Tentang Dzikir


Dzikir merupakan ibadah yang paling utama dan merupakan amal ibadah yang paling dapat mendekatkan diri kita Alloh SWT. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur?an kita dapatka banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan kepada kita untuk melakukan dzikir disertai dengan pujian dan sanjungan dari Alloh kepada mereka yang melaksanakannya.


Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan menyebut nama Alloh, dzikir yang sebanyak- banyaknya? (Al-Ahzab: 41)


Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan meyebut nama) Alloh, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau bahkan berdzikirlah lebih banyak dari itu? (Al-Baqoroh: 200)


Yaitu orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring? (Ali ?Imran: 191)


Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Alloh, Alloh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar? (Al-Ahzab 35)


1.) Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda, "Barangsiapa yang membaca subhanallah setiap selesai shalat 33 x membaca alhamdulillah 33 x, membaca Allahu Akbar 33x hingga menjadi 99. beliau bersabda lalu disempurnakan menjadi seratus dengan Laa ilaha illallah wahdahu' laa syarikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli Syaiin qadir, diampuni dosanya sekalipun seperti buih lautan. (HR. Muslim).


2.) Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Barangsiapa membaca: La ilaha lillallah wahdahu la syari?kalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli Syaiin qadir, dalam sehari seratus kali, maka sama dengan memerdekakan sepuluh hamba sahaya, dituliskan baginya seratus kebaikan, dihapuskan darinya seratus kesalahan. Bacaan tersebut menjadi penghalang baginya dari syetan pada hari itu hingga sore hari. Tidak ada yang menghadirkan yang lebih utama daripada yang dia hadirkan kecuali orang yang lebih banyak membacanya daripadanya." (HR. Bukhari)


3.) Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah bersabda, barangsiapa yang membaca subhanallah wabihamdihi pada satu hari seratus kali, dihapuskan kesalahannya sekalipun seperti buih lautan. (HR. Bukhari)


4.) Dari Utsman bin Affan r.a. dia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tidak ada seorang hamba pun yang membaca setiap pagi dan sore setiap malam: bismillah l? yadhurruhu ma'asmihi syaiun fil Ardhi wa l? fis sam?-I wahuwas sam?ul al?m. Tiga kali maka tidak akan ada yang memudhuaratkannya sesuatu pun." (HR. Tirmdzi).


5.) Busairoh RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepada kami: "Kalian wajib membaca tasbih, tahlil dan taqdis. Dan hitunglah menggunakan ruas jari tanganmu karena jari-jari tersebut akan ditanyai dan diajak bicara, dan janganlah kalian lalai maka kalian akan melupakan rahmat Allah" (HR Tirmidzi dan Abu Daud)






6.) Dan dalam hadits diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari RA, beliau berkata: Orang-orang mengeraskan suarnya ketika berdo?a pada saat berpergian. Maka Nabi SAW bersabda kepada mereka: ?Wahai manusia sayangilah diri kalian, karena sesungguhnya kamu tida menmanggil dzat yang tuli dan tidak juga ghaib, sesungguhnya Dzat yang engkau seru adalah Maha Mendengar dan Maha Dekat lebih dekat kepada seseorang di antara kamu terhadap leher untanya? (HR Bukhori 4205 Muslim 2704)


7.) Dari Abu Hurairoh Ra. Dari Nabi SAW, beliau bersabda: ?Telah mendahului Para Mufarrid? Para sahabat bertanya: ?Siapakah para mufarrid tersebut wahai Rasulullah? Beliau menjawab: ?Mereka adalah laki-laki dan perempuan yang bayak menyebut (nama) Alloh? (HR Muslim 2676)


8.) Dari Abu Musa Al-Asy?ary dari Nabi SAW: ?Perumpamaan orang yang selalu berdzikir kepada Tuhannya dan yang tida pernah berdzikir kepada-Nya adalah sebagaimana halnya orang yang hidup dan orang mati? (HR Bukhori 6407)


9.) Dari Jabir bin Abdullah ra., "Rasulullah saw bersabda: Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallaah dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah" (HR. Tirmidzi)


10.) Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: "Dua kalimat yang ringan diucapkan tapi berat timbangannya dan sangat disukai Allah adalah Subhaanallaahi wa bihamdih, subhaanallaahil 'azhiim" (HR Bukhari, Muslim)


11.) Dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah saw pernah ditanya,"Wahai Rasulullah, ucapan apakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Ucapan yang telah dipilihkan Allah swt kepada malaikat dan hambanya, yaitu Subhaanallaahi wa bihamdih" (HR Muslim)


12.) Dari Abu Mas'ud ra, ia berkata,"Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada malam hari, maka hal itu telah mencukupinya." (HR Bukhari)


13.) Dari Anas ra., Rasulullah SAW bersabda,


“Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaHa illallaH, padahal di hatinya hanya memiliki keimanan seberat sya’irah (biji gandum). Dan akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaHa illallaH padahal di hatinya hanya memiliki keimanan seberat burrah (sejenis biji gandum). Dan akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaHa illallaH padahal di hatinya hanya memiliki keimanan seberat dzarrah (debu, atom)” (HR. Bukhari no. 44 dan Muslim 1/125)






14.) Suatu kaum yang duduk berdzikir kepada Alloh ta'ala lalu mereka berdiri, niscaya akan dikatakan kepada mereka,berdirilah kalian sesungguhnya Alloh telah mengampuni dosa-dosa kalian dan kesalah kalian telah digantikan dengan kebaikan (Shahih-al jami)




15.)Sesungguhnya Aku berdasarkan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku,dan aku bersamanya saat dia mengingat-Ku, Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku dihadapan orang-orang maka Aku akan mengingatnya dihadapan mahkhluk-makhluk yang lebih baik dari mereka, jika mereka mendekati-Ku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sehasta, jika mendekati-Ku sehasta maka Aku mendekatinya sedepa, dan barang siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku mendatanginya dengan berlari (HR Muslim)
16. Abu Said al-Khudzri meriwayatkan bahwa suatu ketika Muawiyah keluar rumah. Tiba-tiba ia menjumpai sebuah halaqah di masjid. Iapun bertanya, “Apa gerangan yang membuat kalian duduk di sini?” Mereka menjawab, “Kami duduk mengingat Allah.” “Benarkan kalian duduk di sini hanya untuk berzikir mengingat Allah,” Tanya Muawiyah kembali. Mereka menjawab, “Demi Allah, kami duduk hanya untuk berzikir mengingat Allah.” Mendengar hal tersebut, Muawiyah lalu berujar, “Sebenarnya saya tidak meminta kalian bersumpah karena ragu. Namun, pada suatu ketika Rasulullah saw. keluar dan mendapati para sahabat sedang duduk dalam sebuah halaqah. Rasulullah bertanya, ‘Apa yang mendorong kalian duduk semacam itu?’ Jawab mereka, ‘Kami duduk berzikir dan memuji Allah karena Dia telah membimbing kami menuju Islam.’ Lantas Nabi bertanya lagi, ‘Demi Allah apakah kalian duduk hanya untuk itu?’ ‘Ya, demi Allah kami duduk hanya untuk itu,’ jawab mereka. Setelah itu, beliau berkata, ‘Sesungguhnya aku bertanya bukan karena ragu. Tetapi, Jibril datang kepadaku seraya memberitahuan bahwa Allah membanggakan kalian di hadapan para malaikat.’” (HR Muslim, al-Tirmidzî, dan al-Nasa’i).


17. Menurut Abu Muslim al-Aghar, Abu Hurayrah dan Abu Said mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum duduk dalam majlis zikir, melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi oleh rahmat Allah, diberi ketenangan, serta disebut-sebut di hadapan para malaikat-Nya.” (HR Muslim dan al-Tirmidzi).


18.Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., katanya: "Barangsiapa yang duduk di suatu tempat duduk dan ia tidak berzikir kepada Allah Ta'ala dalam duduknya itu, maka atas orang itu ada kekurangan dari Allah dan barangsiapa yang berbaring di suatu tempat pembaringan dan ia tidak berzikir kepada Allah Ta'ala dalam berbaringnya itu, maka atas orang itu ada kekurangan dari Allah." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.

Hadist tentang Amal


1.) Dari abu dzar ra. ia berkata; nabi saw bersabda; diperlihatkan kepadaku amal-amal perbuatan umatku, yang baik maupun yang jelek, aku mendapatkan dalam keompok amal perbuatan yang baik, diantaranya menghilangakan ganguan dari jalan,dan aku mendapatkan dalam kelompok perbuatan yang jelek diantaranya, ingus yang dibiarkan di masjid tanpa ditutupi atau dibuang (HR Muslim)


2.)Dari abu muhammad abdullah bin amr bin ash ra, ia berkata rasulullah saw bersabda;"ada empat puluh perbuatan, dan yang paling utama adalah mendermakan seekor kambing untuk diperas susunya, dan siapa saja yang mengerjakan salah satu di antara empat puluh itu hanya mengharapkan pahala dan melaksanakan apa yang pernah dijanjikannya, niscaya Alloh akan memasukan surga karena amalnya (HRbukhari)


3.)Dari aisyah ra ia bekata ; sesunguhnya nabi saw masuk kerumah aisyah waktu itu ada seorang perempuan , dan beliau bertanya ; siapakah dia ? aisyah menjawab ; ini adalah si fulanah yang terkenal salatnya . nabi bersabda ; 'wahai fulanah beramallah sesuai dengan kemampuanmu,Demi Allah dia tidak akan jemu menerima amalamu , sehingga kamu sendirilah yang merasa jemu, sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah yaitu yang dikerjakana secara terus - menerus (Hr bukhari dan Muslim)


4.)Dari abu hurairah ra dari nabi saw beliau bersabda; sesungguhnya agama itu mudah dan siapa saja yang mempersulitnya agama maka ia akan kalah; oleh karena itu sedang- sedanglah dekatkan diri kalian (kepada Allah) dan bersuka hatilah kalian serta pergunakanlah waktu pagi dan sore seta sedikit dari waktu malam untuk mendekatkan diri kepada Alloh (HR Bukhari)


5.) Dari abu juhaiffah wahab bin abdullah ra, ia berkata; nabi saw mempersaudarakan salman dan abu darda ; tatkala salman berkunjung ke rumah abu darda ia mendapatkan umu darda sedangn mengenakan pakaian kerja, lantas salman bertanya , mengapa kamu tidak berhias ? ummu darda menjawab ; abu darda sudah tidak lagi memperhatikan kepentingan duniawi , kemudian abu darda datang dan dihidangkanlah makanan, berkata kepada salman ; silahkan makan saya sedang berpuasa, Salman menjawab,; saya tidak akan makan sebelum engkau makan, maka abu darda pun makan. di malam harinya abu darda bangun untuk mengerjakan salat malam , maka salman berkata kepadanya ' tidurlah , maka abu darda pun tidur kembali, ketika abu darda bangun guna mengerjakan salat malam,namun salman berkata kepadanya ' tidurlah ' kemudia di akhir malam salman berkata ' Bangunlah, kita salat bersama-sama, dan salman berkata pula kepadanya, 'sesungguhnya bagi tuhanmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu ada hak, maka penuhilah semuanya , kemudia nabi saw datang dan salman menceritakan apa saja yang baru terjadi, maka beliau memustuskan "Salman benar" (HR Bukhari)

Kambing Etawa, Salah Satu Khas dari Purworejo


Sejarah Kambing Peranakan Etawa (P.E) yang berada di desa Donorejo, Kec Kaligesing, Kab Purworejo merupakan kambing keturunan Etawa asal negara India yang dibawa oleh penjajah Belanda.

Kambing tersebut kemudian di kawin silangkan dengan kambing lokal di Kaligesing. Hingga saat ini kambing Peranakan Etawa dikenal sebagai ras kambing Peranakan Etawa asli Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

Pada saat ini Kambing Peranakan Etawa ini terus dikembangbiakkan. Kambing Peranakan Etawa diminati oleh banyak orang terutama di sekitar Jawa Tengah sehingga kambing ini menyebar pesat ke berbagai wilayah di Kabupaten Purworejo bahkan hingga ke luar Purworejo seperti ke Kulon Progo, Kendal, Sidoarjo-Jatim, bahkan saat ini telah memasuki pasar dunia termasuk ke Malaysia

Kambing Peranakan Etawa ini memiliki ciri khas pada bentuk mukanya yang cembung, bertelinga panjang-mengglambir, postur tubuh tinggi (gumla) antara 90-110 cm, bertanduk pendek dan ramping.

Kambing jenis ini mudah berkembang dengan baik di daerah berhawa dingin, seperti daerah sekitar pegunungan atau dataran tinggi .

Kambing jenis ini memiliki badan besar warna bulu beragam, belang putih, merah coklat, bercal, bercak hitam atau kombinasi ketiganya dan pada bagian belakang terdapat bulu yang lebat dan panjang.

Panggemar kambing Peranakan Etawa umumnya sangat menyukai keindahan bulu dan bentuk mukanya.

Karena itu sangat jarang jenis kambing ini dijadikan kambing semblihan (potong) untuk dimakan, mereka lebih memfungsikannya sebagai “klangenan atau piaraan” untuk koleksi.atau Prestige Bahkan konon jaman dulu, bagi yang memiliki kambing Etawa akan terlihat “selera” dan “siapa” orang itu di mata masyarakat.

Saat ini pengembangan terpadu kambing Etawa ditawarkan kepada investor oleh Pemerintah Daerah. Diharapkan tawaran ini mendapat respon positif mengingat potensi pasarnya yang masih belum tergarap optimal.

Dolalak, Kesenian Asli Purworejo


Dolalak adalah kesenian khas dari Kabupaten Purworejo. Tarian ini merupakan peninggalan pada zaman penjajahan Belanda. Asal kata Dolalak adalah dari not Do dan La karena tarian ini diiringi hanya dengan alat musik dua nada, tentunya pada zaman dulu awal mula Dolalak.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, tarian Dolalak sekarang sudah diringi dengan musik modern, yaitu keyboard. Lagu-lagu yang dimainkan pun bervariasi dan beragam.

Penari Dolalak pada mulanya dilakukan oleh para lelaki, berseragam hitam dan bercelana pendek. Seragam ini menirukan seragam tentara belanda pada zaman dahulu. Seiring waktu, muncullah generasi-generasi penari putri dengan disertai modifikasi-modifikasi seragam. Dan sekarang, keberadaan penari putra amat jarang, salah satu grup penari yang masih memiliki penari putra adalah grup tari Dolalak dari Kaligesing. Penari-penari Dolalak bisa mengalami trance, yaitu suatu kondisi mereka tidak sadar karena sudah begitu larut dalam tarian dan musik.

Tingkah mereka bisa aneh-aneh dan lucu. Tarian Dolalak saat ini sudah berkembang pesat bahkan sudah menjadi brand image Kabupaten Purworejo.

Dolalak semakin populer di kalangan generasi muda. Hal ini tidak luput dari peran Pemerintah Daerah Purworejo yang terus mengembangkan dan melestarikan kesenian asli daerah Purworejo ini. Bahkan di setiap event-event tingkat nasional kesenian Dolalak selalu tampil sebagai suatu kesenian yang unik. Di setiap lomba-lomba kesenian tingkat nasional kesenian Dolalak selalu menjuarai.

Hal inilah yang mendorong Dolalak tetap lestari. Kesenian Dolalak selalu ditampilkan dalam Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia, Jambore Pramuka dari tingkat daerah sampai Nasional, pertunjukkan budaya antar daerah, bahkan sudah melanglang ke beberapa negara di Asia dan Eropa. Oleh karena itu Dolalak perli dipatenkan sebagai kesenian asli Indonesia pada umumnya dan menjadi kesenian asli daerah Kabupaten Purworejo pada khususnya. Hal ini bertujuan agar Dolalak tidak diklaim sebagai milik perseorangan, daerah, atau bahkan bangsa lain.

Wednesday 22 December 2010

Harddisk 3TB Resmi Beredar di Indonesia


Kapasitas 3 terabyte merupakan kapasitas harddisk terbesar yang ada saat ini.Menambah jajaran ruang penyimpanan eksternal dengan kapasitas lebih besar, Western Digital (WD) hari ini memperkenalkan WD Caviar Green berkapasitas 3TB yang diklaimnya sebagai hard drive SATA terbesar di pasar Indonesia.

Hard drive yang merupakan anggota baru dalam keluarga hard drive SATA WD Caviar Green ini memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 3TB dalam satu drive.

“Produk ini sekaligus menjadikan WD sementara memimpin industri dalam hal kapasitas untuk hard drive SATA dengan memanfaatkan densitas areal 750GB per platter dan mengadopsi teknologi Advanced Format (AFT),” klaim Andy Kuo, Regional Sales Director Western Digital (WD), di Jakarta, 22 Desember 2010.

Sebagai informasi, AFT merupakan teknologi baru pada hard drive yang mampu meningkatkan kepadatan bit. Ia memperbaiki arsitektur lawas dengan mengubah ukuran sektor di dalam mendia penyimpanan dari 512 byte data menjadi 4.069 byte.

“Dengan kemampuan menghapus blok Sync/DAM, celah antarsektor dan delapan blok yang terpisah, AFT dapat memperbaiki tingkat kesalahan dalam kapasitas sama yang tersedia,” tutur Andy.

Sayangnya, teknologi ini didesain untuk bekerja dengan sistem operasi baru saja seperti Windows Vista, Windows 7, dan Mac OS terbaru. Namun, bagi pengguna yang masih menggunakan Windows XP, WD menyediakan WD Align Software, utlitas sederhana yang memungkinkan drive dengan AFT berjalan dengan kinerja penuh. Untuk mengunduhnya, pengguna dapat mengunjungi website WD.

Hard drive WD Caviar Green 3TB (WD30EZRSDTL) telah tersedia di Indonesia melalui reseller dan distributor WD dengan harga sekitar Rp3,5 juta. Harga tersebut telah termasuk garansi terbatas selama tiga tahun.
• VIVAnews

Erupsi Merapi Ungkap Pengetahuan Baru


Erupsi Merapi yang terakhir mengungkap sejumlah pengetahuan baru. Erupsi tersebut salah satunya melengkapi dokumentasi periodisasi 100 tahunan erupsi Merapi yang mempunyai pola berbeda dari erupsi empat tahunan.
Demikian diungkapkan Ketua Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada (UGM) Junun Sartohadi di sela-sela Lokakarya Tanggap Bencana Merapi yang diselenggarakan oleh UGM di Yogyakarta, Rabu (22/12/2010). Menurutnya, selama ini pola erupsi 100 tahunan tersebut belum mempunyai bukti konkret dan baru sekarang bisa diamati secara rinci oleh para ahli.

Secara kultur, kata Junun, erupsi Merapi yang diperkirakan terbesar selama 100 tahun terakhir itu juga menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat setempat perlu selalu diseimbangkan dengan pengetahuan ilmiah. Selama ini, masyarakat Puncak Merapi sangat berpegang pada keyakinan itu.

"Tapi, erupsi tahun ini menyadarkan bahwa keyakinan tumbuh dari pengalaman masyarakat dan masih perlu diadaptasi dengan pengetahuan ilmiah," ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono mengatakan, Gunung Merapi mempunyai potensi sebagai laboratorium alam. Berbagai penelitian masih tersimpan dari alam dan kehidupan masyarakat di sekitar Puncak Merapi. Perguruan tinggi di sekitarnya perlu segera menggali potensi tersebut sebelum didahului negara lain.

Diberitakan sebelumnya, erupsi Merapi menjadi sumber inspirasi penelitian dan pengetahuan baru. Setidaknya 15 penelitian terkait erupsi Merapi terakhir telah dihasilkan oleh sejumlah akademisi Universitas Gadjah Mada.

Ketua Pusat Studi Bencana Alam UGM Junun Sartohadi mengatakan, penelitian-penelitian yang telah dihasilkan terdiri dari enam bidang, yaitu bahaya Merapi, tanggap darurat, menghidupkan kembali masyarakat sekitar Puncak Merapi, tata ruang kawasan Merapi, dan persiapan untuk menghadapi erupsi selanjutnya.

"Penelitian-penelitian ini awalnya dari penelitian pribadi rekan-rekan di UGM yang kemudian disatukan dalam satu forum agar bisa saling melengkapi," katanya di sela-sela Lokakarya Tanggap Bencana Merapi yang diselenggarakan oleh UGM di Yogyakarta, Rabu (22/12/2010).

Adapun lokakarya tersebut berlangsung 21-22 Desember. Rencananya, hasil lokakarya tersebut akan disampaikan kepada pemerintah pusat sebagai masukan untuk perencanaan di daerah Merapi ke depan.

Ini Akibatnya Jika Tidak Sarapan


Sudah sarapankah Anda hari ini? Alasan terburu-buru dan ingin menurunkan berat badan kadang membuat orang mengabaikan saran. Mengabaikan sarapan berarti Anda menanggung risikonya?

Dikutip dari nutrition, Senin (11/10/2010) orang yang melewatkan sarapan akan memiliki metabolisme tubuh yang tidak baik. Jika ini terus menerus terjadi akan mengganggu hormon-hormon di dalam tubuh yang mengatur keseimbangan badan seperti hormon pertumbuhan, hormon insulin dan hormon serotonin.

"Orang-orang yang melewatkan sarapan jadi cenderung gemuk karena mereka mengganti sarapannya dengan makan-makan snack yang kadar gula dan karbohidratnya tinggi," jelas nutrition.

Apa jadinya kalau tidak sarapan?

1. Saat perut kosong karena tak sarapan tubuh tidak akan menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk efisiensi di pagi hari. Sehingga pada saat jam 10-11 siang akan timbul kelelahan dan kelaparan yang mengganggu kerja.

2. Seseorang yang melewatkan sarapan memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi, khususnya di jam-jam sebelum makan siang.

3. Seseorang yang tidak sarapan, membuat asupan energi yang dibutuhkan oleh tubuh diambil dari glukosa darah. Ini menyebabkan kadarnya akan menjadi berkurang, yang mengakibatkan kesehatan dan keseimbangan tubuh terganggu.

4. Akibat nyata tidak sarapan badan menjadi lemas, kepala pusing, mengantuk, letih dan lesu, serta berpengaruh pada daya konsentrasi dalam berpikir dan bekerja.

Lalu apa manfaatnya sarapan?

1. Sarapan yang sehat dapat memberikan kontribusi untuk penurunan berat badan, meningkatkan memori dan konsentrasi, serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

2. Sarapan yang bergizi dan penuh akan vitamin dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan daya kerja.

3. Sarapan meningkatkan kekuatan dan ketahanan stamina saat beraktifitas, menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan konsentrasi dan kemampuan menyelesaikan masalah.

4. Sarapan membuat koordinasi yang baik antar panca indera, mengontrol berat badan, mengurangi kelelahan dan mengantuk saat beraktifitas.

Inilah Sejarah Lahirnya Hari Ibu


Jasa seorang ibu memang begitu besar bagi anak-anaknya. Maka, tak heran jika setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.

Inilah bentuk penghargaan bagi kaum ibu di Tanah Air. Namun, peringatan Hari Ibu saat ini ternyata telah melenceng dari sejarahnya sendiri. Setidaknya, begitulah pendapat seorang ahli sejarah dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr Phil Ichwan Azhari.

Disampaikan sejarawan yang menamatkan S3-nya di Jerman ini, penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu berawal dari pelaksanaan Kongres Perempuan yang pertama pada tanggal 22-25 Desember 1928. Kongres yang digelar di Yogyakarta itu dilaksanakan beberapa bulan setelah dicetuskannya Sumpah Pemuda.

Saat itu, sebanyak 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera ikut dalam pertemuan yang kemudian dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (Kowani) itu.

Para perempuan ini sendiri berkumpul dalam rangka mempersatukan organisasi-organisasi perempuan ke dalam satu wadah demi mencapai kesatuan gerak perjuangan untuk kemajuan wanita bersama dengan pria dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Menurut Ichwan, organisasi perempuan di Indonesia sendiri sudah bermula sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19. Bahkan, sebelum Kowani pertama kali dilaksanakan, pergerakan perempuan di Sumatera juga sudah tumbuh. Saat itu, sebuah organisasi perempuan mendirikan surat kabar 'Perempoean Bergerak' di Sumatera Utara pada 1919.

"Oleh karena itu, peringatan Hari Kartini juga tidak perlu, karena dia hanya pahlawan lokal. Sebelum Kartini pun sudah ada gerakan perempuan di Medan yang lebih maju. Buktinya, mereka bisa mendirikan sebuah surat kabar," tutur dosen yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Sejarah Unimed ini.

Kembali kepada peringatan Hari Ibu yang dilakukan zaman sekarang, Ichwan menilai peringatan tersebut tidak lagi tepat jika dikaitkan dengan sejarah. Karena, maksudnya tidak lagi diperingati sebagai hari gerakan perempuan. Bahkan, peringatan Hari Ibu saat ini bisa mengkerdilkan gerakan permpuan zaman dulu.

Meski begitu, Ichwan tidak menolak adanya peringatan Hari Ibu. Hanya saja, dia mengusulkan agar dicari tanggal lain selain tanggal 22 Desember. Seperti di luar negeri, juga diperingati Mother's Day, yakni setiap hari Minggu di pekan ke dua bulan Mei yang diperingati di Amerika dan beberapa negara lainnya, serta setiap tanggal 8 Maret yang diperingati di sejumlah negara Eropa.

Sementara itu, peringatan Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember sendiri telah ditetapkan oleh mantan Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959. Oleh karena itu, Hari Ibu ini selalu diperingati secara nasional di seluruh Nusantara setiap tahunnya.

Sebelumnya, penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu juga telah dicetuskan pada Kowani ke-3 yang diadakan di Bandung pada 22 Desember 1938. Penetapan tanggal ini bertujuan untuk menjaga semangat kebangkitan perempuan Indonesia secara terorganisasi dan bergerak sejajar dengan kaum pria.

Kemudian, pada kongres tahun 1952 yang diadakan di Bandung, Sri Mangunsarkoro juga mengusulkan agar dibangun sebuah monumen untuk memperingati Kowani pertama. Setahun berikutnya, Ketua Kowani pertama Sukanto melakukan peletakan batu pertama pembangunan Balai Srikandi. Menteri perempuan pertama di Indonesia, Maria Ulfah yang baru saja dilantik tahun 1950, meresmikannya pada 20 Mei 1956.

Perkembangan selanjutnya, seluruh kompleks pun dibangun di Jalan Laksda Adisucipto, Yogyakarta, dan diresmikan oleh mantan Presiden Soeharto sebagai Gedung Mandala Bhakti Wanitatama pada 22 Desember 1983.

Terdapat beberapa bangunan di kompleks ini, yakni Balai Srikandi yang memiliki museum, serta Balai Shinta, Kunthi dan Utari yang biasanya untuk acara resepsi dan pameran. Kemudian, ada kompleks penginapan Wisma Sembodro dan Wisma Arimbi, serta perpustakaan.

Monday 20 December 2010

Bedug


Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.
Sejarah
Bedug sebenarnya berasal dari India dan Cina. Berdasarkan legenda Cheng Ho dari Cina, ketika ketika Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang, mereka disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu. Kemudian, ketika Cheng Ho hendak pergi, dan hendak memberikan hadiah, raja dari Semarang mengatakan bahwa dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari masjid. Sejak itulah, bedug kemudian menjadi bagian dari masjid, seperti di negara Cina, Korea dan Jepang, yang memposisikan bedug di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengani waktu salat atau sembahyang. Saat Orba berkuasa bedug pernah dikeluarkan dari surau dan mesjid karena mengandung unsur-unsur non-Islam. Bedug digantikan oleh pengeras suara. Hal itu dilakukan oleh kaum Islam modernis, namun warga NU melakukan perlawanan sehingga sampai sekarang dapat terlihat masih banyak masjid yang mempertahankan bedug.
Fungsi bedug
*Fungsi sosial : bedug berfungsi sebagai alat komunikasi atau petanda kegiatan masyarakat, mulai dari ibadah, petanda bahaya, hingga petanda berkumpulnya sebuah komuntas.
*Fungsi estetika : bedug berfungsi dalam pengembangan dunia kreatif, konsep, dan budaya material musikal.
Cara pembuatan bedug sederhana
Pada awalnya, kambing atau sapi dikuliti. Kulit hewan yang biasa dibuat sebagai bahan baku bedug antara lain kulit kambing, sapi, kerbau, dan banteng. Kulit sapi putih memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kulit sapi coklat. Sebab, kulit sapi putih lebih tebal daripada kulit sapi coklat, sehingga bunyi yang dihasilkannya akan berbeda disamping, keawetannya yang lebih rendah. Kemudian, kulit tersebut direndam ke dalam air detergen sekitar 5-10 menit. Jangan terlalu lama agar tidak rusak. Lalu, kulit dijemur dengan cara dipanteng (digelar) supaya tidak mengerut. Setelah kering, diukur diameter kayu yang sudah dicat dan akan dibuat bedug. Seteleh selesai diukur, kulit tersebut dipasangkan pada kayu bonggol kayu yang sudah disiapkan. Proses penyatuan kulit hewan dengan kayu dilakukan dengan paku dan beberapa tali-temali.
Permainan Bedug (Seni Ngadulag)
Seni ngadulag berasal dari daerah Jawa Barat. Pada dasarnya, bedug memiliki fungsi yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, tabuhan bedug di tiap-tiap daerah memiliki perbedaan dengan daerah lainnya, sehingga menjadikannya khas. Sehingga lahirlah sebuah istilah “Ngadulag” yang menunjuk pada sebuah keterampilan menabuh bedug. Kini keterampilan menabuh bedug telah menjadi bentuk seni yang mandiri yaitu seni Ngadulag (permainan bedug). Di daerah Bojonglopang, Sukabumi, seni ngadulag telah menjadi sebuah kompetisi untuk mendapatkan penabuh bedug terbaik. Kompetisi terbagi menjadi 2 kategori, yaitu keindahan dan ketahanan. Keindahan mengutamakan irama dan ritme tabuhan bedug, sedangkan ketahanan mengutamakan daya tahan menabuh atau seberapa lama kekuatan menabuh bedug. Kompetisi ini diikuti oleh laki-laki dan perempuan. Dari permainan inilah seni menabuh bedug mengalami perkembangan. Dahulu, peralatan seni menabuh bedug hanya terdiri dari bedug, kohkol, dan terompet. Tapi kini peralatannya pun mengalami perkembangan. Selain yang telah disebutkan di atas, menabuh bedug kini juga dilengkapi dengan alat-alat musik seperti gitar, keyboard, dan simbal.
Bedug terbesar di dunia
Bedug terbesar di dunia berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, Purworejo. Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama. dibuat pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M. Dan diberi nama Kyai Begelan. Ukuran atau spesifikasi bedug ini adalah : Panjang 292 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm, diameter bagian belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh dari bedug ini dibuat dari kulit banteng. Bedug raksasa ini dirancang sebagai “sarana komunikasi” untuk mengundang jamaah hingga terdengar sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu salat menjelang adzan dikumandangkan.

Sirih, tanaman asli Indonesia


Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan.
Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.
Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
Kegunaan
1.Batuk
2.Sariawan
3.Bronchitis
4.Jerawat
5.Keputihan
6.Sakit gigi karena berlubang (daunnya)
7.Demam berdarah
8.Bau mulut
9.Haid tidak teratur
10.Asma
11.Radang tenggorokan (daun dan minyaknya)
12.Gusi bengkak (getahnya)
13.Membersihkan Mata

Pemakaian luar
1.Eksim
2.Luka bakar
3.Koreng (pyodermi)
4.Kurap kaki
5.Bisul
6.Mimisan
7.Sakit mata
8.Perdarahan gusi
9.Mengurangi produksi ASI yang berlebihan
10.Menghilangkan gatal