Wednesday 15 June 2011

Jejak Sejarah KA yang Terlupakan di Magelang


Warna hijau yang melekat pada gerbong kereta api itu sudah terlihat pudar. Besi, roda dan kerangka yang masih kokoh berdiri, meski beberapa bagian kayunya terlihat lapuk termakan waktu, bisa dilihat di sub terminal angkutan kota Kebonpolo, Kota Magelang.

Siapa yang menyangka? Gerbong tua yang kini teronggok di kawasan yang juga tak terawat itu adalah salah satu saksi sejarah, bahwa di Kota Magelang mempunyai jejak peradaban kereta api Nusantara. Sebuah situs bersejarah yang menggambarkan kejayaan kereta api pada masa lampau.

Sebelum menjadi sub terminal, pada masa penjajahan hingga revolusi kemerdekaan, tempat tersebut merupakan stasiun kereta api. Karena tak ada pengawasan dari Pemkot dan PT KAI, keberadaan stasiun itu menjadi semrawut.

Seringkali gerbong tersebut digunakan tidur gelandangan atau bahkan orang gila. Juga, dimanfaatkan untuk menjemur pakaian. Sungguh, pemandangan yang tak sedap. Kumuh dan tak terawat.

Sebenarnya, aset PT KAI bukan hanya stasiun itu. Masih ada beberapa aset lainnya seperti tanah di sepanjang Jalan Sudirman hingga Jalan Pemuda, serta areal di kampung yang dulu dilewati rel kereta api. Juga tanah bekas stasiun di tengah kota, yang sudah lama beralih fungsi menjadi kios-kios.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, peran kereta api sangatlah besar, termasuk di Magelang. Sejarah mencatat, KA dijadikan alat transportasi distribusi logistik untuk keperluan perjuangan perang kemerdekaan dari Ciroyom (Bandung) ke pedalaman Jateng, hingga mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Yogyakarta-Magelang-Ambarawa.

Jalur kereta api menjadi bagian dari ruang sejarah masa revolusi. Proyek pembaggunan pertamakalinya, yang diberi nama 'Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij' (NV. NISM) dipimpin oleh Ir J.P de Bordes.

Diawali dengan membangun rel dari Kemijen menuju Desa Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan jalur tersebut panjangnya 26 kilometer. Jalur itu dibuka pertama kalinya Agustus 1867. "Dulu waktu prajurit mau pergi ke Temanggung mereka naik kereta dari stasiun Kebonpolo," ujar salah satu saksi sejarah Djauhari (68), Rabu (15/62011).

Djauhari menceritakan, dahulu di bekas Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, ada bangunan yang menyerupai peron, bangunan tersebut berfungsi untuk para penumpang menaikkan barang. Namun tanah milik PT KAI tersebut menjadi area pertokoaan atau yang sekarang dikenal dengan nama 'shopping'.

"Ketika hendak pergi ke Yogyakarta sekitar tahun 1980-an awal saya naik kereta dari Stasiun ini. Kereta uap yang penuh sesak penumpang para pedagang dan pelancong,' lanjutnya.

Namun sekarang kondisi stasiun tersebut tidak terawat lagi. Lembaga atau instansi yang membawahi keberadaan situs itu, tak jelas. Pemkot selama ini meminjam aset PT KAI untuk dimanfaatkan menjadi terminal.

Pada tahun 2002 pernah digulirkan wacana Pemkot meminta aset itu kepada PT KAI, untuk penataan tata ruang kota yang lebih bagus. Pada tahun itu, sudah pernah ada pegawai PT KAI yang menghitung asetnya di Magelang. Namun hingga kini belum ada persetujuan atau tanda-tanda pengambil alihan aset.

No comments:

Post a Comment