Tuesday 10 January 2012

MODEL PEMBELAJARAN DALAM CTL


  1. CL (COOPERATIVE LEARNING)

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
  • LandasanTeoritik:

Landasan teori dari pembelajaran kooperatif menganut pada Teori Belajar Konstruktivis yaitu membangun pemahaman siswa dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Dari hal tersebut siswa dituntut untuk membentuk suatu interaksi sosial dengan temannya (Hakekat Sosiokultural), sehingga nantinya dapat terbentuk suatu kerjasama dan bertukar pengalaman atas sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar (Learning Community). Hal tersebut merupakan bagian dari apa yang dinamakan Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL).
  • Tujuan Hasil Belajar Siswa

Ada dua hasil yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
- Belajar Akademik, hasilnya mengarah pada pemahaman konsep – konsep sulit
- Keterampilan Sosial, hasilnya mengarah pada keterampilan Kooperatif
- Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Dalam Pembelajaran Kooperatif Proses belajarnya dilakukan dengan demokrasi dan dituntut adanya peran aktif dari siswa, sehingga pembelajaran tersebut berpusat pada siswa. Siswa belajar dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

FASE – FASE PERILAKU GURU:
  • Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Siswa
  • Fase 2

Menyajikan informasi
  • Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok – kelompik belajar
  • Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar
  • Fase 5

Evaluasi
  • Fase 6

Memberikan penghargaan 
  • Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar

  • Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
  • Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
  • Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
  • Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil kerja
  • Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
Jika mengalami kesulitan semua anggota mengalami kesulitan.


2. PBL (PROBLEM BASED LEARNING)
  • Belajar dimulai dengan suatu masalah,
  •  Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa,
  • Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu,
  • Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri,
  • Menggunakan kelompok kecil, dan
  • Menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja

· LandasanTeoritik
Landasan teori dari pembelajaran kooperatif menganut pada Teori Belajar Konstruktivis yaitu membangun pemahaman siswa dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Kemudian berlanjut pada proses perpindahan dari mengkonstruksi pengamatan menjadi pemahaman, disini siswa dituntut belajar menggunakan keterampilan berpikir kritisnya. Hal tersebut juga merupakan bagian dari apa yang dinamakan Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL).
· Tujuan Hasil Belajar Siswa
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;
(2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung.
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

· Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Dalam PBL proses belajarnya dilakukan secara terbuka, sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya sesuai dengan apa yang mereka temukan. Proses belajarnya secara demokrasi, peran aktif siswa dapat dioptimalkan.
Tabel. 2 Tingkah Laku Mengajar PBL

FASE - FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah.
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan klp.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. • Menjelaskan tujuan, logistik yang dibutuhkan.
• Memotivasi siswa terlibat aktif pemecahan masalah yang dipilih.
• Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
• Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
• Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman.
• Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Permasalahan dan pemecahannya dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.


H. PENUTUP
Keterbukaan dan kepekaan guru dalam memberikan layanan sosial akademis kepada siswa secara optimal, merupakan prasyarat untuk mengembangkan pembelajaran kontekstual dalam PBM. Pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan iklim dan suasana PBM siswa yang aktif dan interaktif, yang tercermin dari pola interaksi belajar siswa dalam kelompok. Dengan adanya kemitraan belajar antara guru dan siswa dalam dimensi akademis, sehingga menumbuhkan iklim kebersamaan dan keterbukaan selama berlangsungnya PBM

No comments:

Post a Comment