Tuesday 19 July 2011

Djokdja 1001 Nama


Sekiranya bisa disepakati jikalau salah satu pembentuk identitas adalah nama, sejatinya nama memberikan pembeda antara sesuatu dengan sesuatu lainnya, meskipun sering juga dijumpai beberapa orang dengan nama yang sama. 

Konon nama juga merupakan doa atau pengharapan dari si pemberi nama. Misalnya saja orang tua memberi nama kepada anaknya atau sebuah perusahaan melabelkan merk pada hasil produksinya. 

Beberapa fenomena nampaknya menuju pada titik jika segala sesuatu di dunia ini membutuhkan nama sebagai identitas, sehingga bisa juga dimaknai jika nama adalah bagian dari kebudayaan.

Jogja mempunyai banyak nama. Yogyakarta, Jogjakarta, Yogya, Jogja, Ngayogyakarta, Yojo, Djokdja dan lain sebagainya. Perkembangan nama ini konon dibagi menjadi 3 tahapan. 

Nama Ngayogyakarta diperkirakan muncul tahun 1755, ketika Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I mendirikan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton yang berdiri di Alas Bering itu merupakan wujud Perjanjian Giyanti yang dilakukan dengan Pakubuwono III dari Surakarta. 

Nama Yogyakarta secara resmi telah dipakai sejak awal kemerdekaan Indonesia. Ketika menjadi ibukota Indonesia pada tahun 1949, kota yang juga bergelar kota pelajar ini sudah disebut Yogyakarta. 

Sri sultan Hamengku Buwono IX juga menggunakan nama Yogyakarta ketika mengumumkan bahwa kerajaan ini merupakan bagian dari Republik Indonesia. 

Berbagai penamaan muncul kemudian, seperti Yogja, Jogja, Jogya dan Yogya. Bisa dikatakan bahwa variasi nama itu muncul akibat pelafalan yang berbeda-beda antar orang dari berbagai daerah di Indonesia. 

Uniknya, hampir semua orang bisa memahami tempat yang ditunjuk meski cara pengucapannya berbeda.


No comments:

Post a Comment